Etika
dan kode etik menulis di media sosial twitter
NAMA :
SYARIF FADLI
KELAS :
4 EA 17
NPM :
16210784
TUGAS KE : 1
ABSTRAK
Media sosial twitter adalah salah satub jejaring sosial yang sangat
terkenal dikalangan remaja diseluruh dunia.salah satunya indonesia. Di
indonesia hampir setengah jumlah penduduk menggunakan twitter.
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya
istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral.
Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu
tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens,
2000).
Dari hasil etika serta kode etik di media harus
ada yang perlu didasari dengan moral,etiket dan berbagai macam etika ketika
menulis sesuatu di media sosial twitter.
PENDAHULUAN
Media sosial
twitter adalah salah satub jejaring sosial yang sangat terkenal dikalangan
remaja diseluruh dunia.salah satunya indonesia. Di indonesia hampir setengah
jumlah penduduk menggunakan twitter.tetapi tidak semua pengguna twitter di
indonesia mengetahui adanya beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menulis
dan menggunakan media twitter.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana
pengaruh etika dan kode etik terhadap pengguna twitter.
BATASAN MASALAH
Masalah
ini dibatasi hanya pengertian etika dan elemen-elemen yang mempengaruhi kode
etik
TUJUAN MASALAH
Untuk
mengetahui pengaruh etika dan pengertiannya.
LANDASAN TEORI
Pengertian Etika
Secara etimologi
kata etika berasal dari bahasa Yunani yang dalam bentuk tunggal yaitu ethos
dan dalam bentuk jamaknya yaitu ta etha. "Ethos" yang berarti
sikap, cara berpikir, watak kesusilaan atau adat. Kata ini identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata latin
"mos" yang dalam bentuk
jamaknya Mores yang berarti juga adat atau cara hidup. Kata mores
ini mempunyai sinonim; mos, moris, manner mores atau
manners, morals. Dalam bahasa
Indonesia kata moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata
tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku
batin dalam hidup. Etika dan Moral memiliki arti yang sama, namun dalam
pemakaian sehari-harinya ada sedikit perbedaan. Moral biasanya dipakai
untuk perbuatan yang sedang dinilai/dikaji (dengan kata lain perbuatan itu dilihat dari dalam diri orang itu sendiri),
artinya moral disini merupakan
subjek, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada
dalam kelompok atau masyarakat tertentu (merupakan aktivitas atau hasil
pengkajian).
Menurut Larkin
(2000) "Ethics is concerned with moral obligation, responsibility, and
social justice" Hal ini berarti bahwa etika sangat memperhatikan
hal-hal yang berhubungan dengan kewajiban moral, tanggung jawab, dan keadilan sosial. Etika
yang dimiliki individu ini secara lebih luas mencerminkan
karakter organisasi/perusahaan, yang merupakan kumpulan individu-individu.
Etika menjelaskan standar dan norma perilaku baik dan buruk yang kemudian diimplementasikan oleh masing-masing karyawan dalam
organisasi (Fatt, 1995) dan (Louwers, 1997). Perusahaan pada dasarnya merupakan sekumpulan individu, sehingga etika
yang dianut oleh individu tersebut pada akhirnya akan tercermin dalam
standar dan norma perilaku yang kemudian diimplementasikan oleh masing-masing karyawan
dalam pekerjaan sehari-hari.
Etika menurut
Gray (1994) merupakan nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan tingkah laku
yang diterima oleh suatu golongan tertentu atau individu. Penulis lainnya Magnis Suseno (1989) dan Sony
Keraf (1991) menyatakan bahwa untuk memahami etika perlu dibedakan dengan
moralitas. Moralitas
adalah suatu sistem nilai tertang bagaimana seseorang harus berperilaku sebagai manusia. Sistem nilai ini
terkandung dalam ajaran-ajaran,
moralitas memberi manusia aturan atau petunjuk konkret tentang bagaimana
harus hidup, bagaimana harus bertindak dalam hidup ini sebagai manusia yang
baik dan bagaimana menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik. Sedangkan etika berbicara mengenai nilai dan
norma moral yang menentukan perilaku
manusia dalam hidupnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
istilah etika diartikan sebagai:
1. Ilmu tentang
apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral.
2. Kumpulan asas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai
benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.
Etika
merupakan cabang dari filsafat etika mencari ukuran baik buruknya bagi
tingkah laku manusia. Etika hendak mencari, tindakan manusia yang manakah yang baik. Etika
berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan manusia dan masyarakat seperti: antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik
dan ilmu hukum. Perbedaannya terletak pada aspek keharusan (ought). Perbedaannya
dengan teologi moral, karena tidak
bersandarkan pada kaidah-kaidah keagamaan, tetapi hanya terbatas pada pengetahuan yang dihasilkan dari tenaga
manusianya sendiri. Kata moral ini
dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. Etika (Ethics)
yang dalam bahasa Yunani adalah ethos berarti adat kebiasaan, adat istiadat dan akhlak yang baik dan banyak ahli
filsafat menyebutnya dengan istilah
moralitas. Dengan kata lain "ethos" yang berarti
karakter, watak kesusilaan atau adat. Etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu atau kelompok untuk
menilai apakah tindakan yang
telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik (Adams, 1995 dan
Asgary, 2002).
Memasukkan
kata adat atau kebiasaan yang baik dalam memberikan batasan Etika berarti
mempertimbangkan dan merujuk kepada nilai ajaran filsafat. .Pada tataran berikutnya pemahaman Etika dikaitkan
dengan faktor waktu dan ruang, sehingga
dengan demikian akan memperkaya pemahaman-nya. Dalam makna filsafat, Etika termasuk dalam kategori filsafat
moral. Istilah etika kadang
digandengkan dengan moral yang di namakan dengan etika moral. Etika moral terwujud dalam bentuk
kehendak manusia berdasarkan
kesadaran dan kesadaran itu adalah suara hati.
Jadi secara
etimologis, etika adalah ajaran atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan
kebiasaan baik atau buruk, yang diterima umurn
mengenai sikap, perbuatan, kewajiban, dan sebagainya. Pada hakikatnya
moral menunjuk pada ukuran-ukuran yang telah diterima oleh sesuatu komunitas, sementara etika umumnya lebih
dikaitkan dengan prinsip-prinsip yang
dikembangkan di pelbagai wacana etika, atau dalam aturan-aturan yang diberlakukan bagi suatu profesi. Belakangan ini
istilah etika mulai digunakan secara
bergantian dengan filsafat moral karena dalam banyak hal filsafat moral
mengkaji pula prinsip-prinsip etika. Etika, kadang-kadang didefinisikan sebagai ilmu perilaku, walaupun masih
dipertanyakan apakah etika dapat dipandang sebagai ilmu. Johnson (1989)
menjelaskan etika sebagai berikut:
"Ethics is a science in the sense
that its study represents an intellectual enterprise, a rational
inquiry into its subject matter in the hope of gaining knowledge. As such ethics can be contrasted
with art or religion or technology, whose
purposes are not the same. Although ethics
differ from the various empirical sciences both in its subject matter and its special methodology, it shares
with them a general methodology,
rational inquiry and an overall goal the attainment of truth. These relationships between ethics and
science have led philosophers to speaks of ethics as a normative
science, because it concerns itself with
norm and standards, in contrast to the descriptive sciences, which concerns themselves which
describing empirical facts ".
Dapat
disimpulkan bahwa etika adalah merupakan suatu cabang ilmu filsafat,
tujuannya adalah mempelajari perilaku, baik moral maupun immoral,
dengan tujuan membuat pertimbangan yang cukup beralasan dan akhirnya sampai
pada rekomendasi yang memadai yang tentunya dapat diterima oleh suatu golongan
tertentu atau individu. Menurut Wiley (1995 dalam Mauro et al., 1999) "Ethics
is concerned with moral obligation, responsibility,
and social justice" Hal ini
berarti bahwa etika berpengaruh terhadap kewajiban moral, tanggung jawab, dan
keadilan sosial. Etika secara lebih kontemporer mencerminkan karakter
perusahaan, yang merupakan kumpulan
individu-individu. Etika menjelaskan standar dan norma perilaku tanggungjawab masyarakat, kemudian di internalkan
kepada masing-masing karyawan dalam
organisasi (Daft, 1992).
Menurut Magnis
Suseno (1989) dan Sony Keraf (1991) bahwa untuk memahami etika perlu dibedakan
dengan moralitas. Moralitas adalah suatu sistem nilai tentang bagaimana
seseorang harus berperilaku sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran-ajaran,
moralitas memberi manusia aturan atau petunjuk konkret tentang bagaimana harus
hidup, bagaimana
harus bertindak dalam hidup ini sebagai
manusia yang baik dan bagaimana menghindari
perilaku-perilaku yang tidak baik. Sedangkan etika berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan
perilaku manusia dalam hidupnya.
Antonius
Alijoyo (2004) menerangkan perusahaan perlu menerapkan nilai-nilai etika
berusaha, karena dengan adanya praktik etika berusaha dan kejujuran dalam
berusaha dapat menciptakan aset yang langsung atau tidak langsung dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Etika bisnis tidak akan dilanggar jika
terdapat aturan dan sangsi. Kalau perilaku yang salah tetap dibiarkan, lama
kelamaan akan menjadi kebiasaan. Sehingga perlu ada sanksi bagi
yang melanggar untuk memberi pelajaran kepada yang bersang-kutan.
Moral dan etika
mempunyai fungsi yang sama, yaitu memberi orientasi bagaimana dan ke mana harus
melangkah dalam hidup ini, namun terdapat sedikit perbedaan bahwa moralitas langsung menunjukkan
inilah caranya untuk melangkah sedangkan
etika justru mempersoalkan apakah harus
melangkah dengan cara ini? Dan mengapa harus dengan cara itu. Dengan kata lain
moralitas adalah suatu pranata, sedangkan etika adalah sikap kritis setiap pribadi atau kelompok
masyarakat dalam merealisasikan moralitas. Pada akhirnya etika memang
menghimbau orang untuk bertindak sesuai dengan moralitas. Etika berusaha
membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pelaku usaha
dapat memperoleh ilmu etika melalui teori etika, selain pengalaman dan
informasi moral yang diterima dari berbagai sumber. Dalam teori etika terungkap etika
deontologi, etika teleologi, etika hak dan etika Keutamaan.
METODOLOGI
PENELITIAN
Metode penulisan oleh penulis dalam penyusunan
makalah ini yakni menggunakan
akun twitter dan internet.
PEMBAHASAN
Etika
Deontologi
Istilah deontologi
berasal dari kata Yunani deon yang berkewajiban" atau sesuai dengan prosedur dan logos yang
berarti ilmu atau teori. Menurut teori ini
beberapa prinsip moral itu bersifat mengikat betapapun akibatnya. Etika ini menekankankan kewajiban manusia untuk
bertindak secara baik. Suatu tindakan
itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan itu, melainkan
berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai
baik pada dirinya sendiri. Atau dengan kata lain tindakan itu bernilai moral
karena tindakan itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan terlepas dari tujuan
atau akibat dari tindakan itu. Teori ini menekankan kewajiban sebagai tolak
ukur bagi penilaian baik atau buruknya
perbuatan manusia, dengan mengabaikan dorongan lain seperti rasa cinta
atau belas kasihan. Terdapat tiga kemungkinan seseorang memenuhi kewajibannya yaitu: karena nama baik, karena
dorongan tulus dari hati nurani, serta
memenuhi kewajibannya. Deontologist menetapkan aturan, prinsip dan hak
berdasarkan pada agama, tradisi, atau adat istiadat yang berlaku. Yang menjadi
tantangan dalam penerapan deontological di sini adalah menentukan yang mana tugas, kewajiban, hak,
prinsip yang didahulukan. Sehingga
banyak filosof yang menyarankan bahwa tidak semua prinsip deontological harus diterapkan secara absolut. Teori ini memang
berpijak pada norma-norma moral konkret yang harus ditaati, namun belum
tentu mengikat untuk kondisi yang bersifat
khusus. Contohnya, seseorang boleh saja
merampok kalau hasil rampokannya dipakai untuk memberi makan orang yang terkena musibah.
Etika
Teleologi
Istilah teleologi
berasal dari kata Yunani telos yang berarti tujuan, sasaran atau hasii dan
logos yang berarti ilmu atau teori. Etika ini mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan
tujuan yang mau dicapai dengan tindakan
itu, atau berdasarkan konsekuensi yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik, kalau bertujuan
mencapai sesuatu yang baik, atau kalau konsekuensi yang ditimbulkannya baik dan
berguna. Bila kita akan memutuskan apa yang benar, kita tidak hanya
melihat konsekuensi keputusan tersebut dari sudut pandang kepentingan kita
sendiri. Tantangan yang sering dihadapi dalam
penggunaan teori ini adalah bila kita bisa kesulitan dalam mendapatkan seluruh informasi yang dibutuhkan dalam mengevaluasi semua kemungkinan konsekuensi dari
keputusan yang diambil.
Etika Hak
Etika Hak
memberi, bekal kepada pebisnis untuk mengevaluasi apakah tindakan,
perbuatan dan kebijakan bisnisnya telah tergolong baik atau buruk dengan
menggunakan kaidah hak seseorang. Hak seseorang sebagai manusia tidak dapat
dikorbankan oleh orang lain apa statusnya.
Hak manusia
adalah hak yang dianggap melekat pada setiap manusia, sebab
berkaitan dengan realitas hidup manusia sendiri. Etika hak kadangkala
dinamakan "hak manusia" sebab manusia berdasarkan etika hams dinilai menurut martabatnya. Etika hak mempunyai
sifat dasar dan asasi (human rights), sehingga etika hak tersebut
merupakan hak yang; (1) Tidak dapat dicabut
atau direbut karena sudah ada sejak manusia itu ada; (2) Tidak tergantung dari persetujuan orang; (3)
Merupakan bagian dari eksistensi
manusia di dunia.
Etika Keutmaann
Etika
keutamaan tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan, tidak mendasarkan penilaian
moral pada kewajiban terhadap hukum moral universal seperti kedua
teori sebelumnya. Etika ini lebih mengutamakan pembangunan karakter moral
pada diri setiap orang. Nilai moral bukan muncul dalam bentuk adanya aturan berupa larangan
atau perintah, namun dalam bentuk teladan moral yang nyata dipraktikkan oleh
tokoh-tokoh tertentu dalam masyarakat. Di
dalam etika karakter lebih banyak dibentuk oleh komunitasnya. Pendekatan ini
terutama berguna dalam menentukan etika individu yang bekerja dalam sebuah komunitas profesional yang telah mengembangkan
norma dan standar yang cukup baik. Keuntungan teori ini bahwa para pengambil keputusan dapat dengan mudah
mencocokkan dengan standar etika
komunitas tertentu untuk menentukan sesuatu itu benar atau salah tanpa ia harus menentukan kriteria terlebih
dahulu (dengan asumsi telah ada kode
perilaku).
Indikator Etika (Ethics) merupakan
kemampuan individu untuk memutuskan hal-hal
yang berhubungan dengan issue etika dan moral, baik dan buruk, salah dan benar (Forsyth, 1980;
Kohlberg, 1981; Velasques, 2005):
1.
Karena untuk
menghindari hukuman;
2.
Melakukan hal
yang baik jika mendapat imbalan;
3.
Sesuai dengan
pendapatteman;
4.
Mentaati hukum dan Peraturan;
5.
Memenuhi kontrak sosial; dan
6.
Kesadaran
individu, memenuhi tuntutan moral dan menerapkan dengan konsisten
Persamaan
Etika dan Etiket
Seringkali dua
istilah tersebut disamakan artinya, padahal terdapat perbedaan yang sangat
mendasar antara keduanya. Dari asal katanya saja berbeda, yakni Ethics dan
Ethiquetle. Etika berarti moral sedangkan Etiket berarti sopan santun.
Pengertian etika berbeda dengan etiket. Etiket berasal dari bahasa Prancis etiquette yang
berarti tata cara pergaulan yang baik antara sesama
manusia. Sementara itu etika, berasal dari bahasa Latin, berarti falsafah moral
dan merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila, dan agama. Namun meskipun
berbeda, ada persamaan antara keduanya,
yaitu:
1.
Keduanya menyangkut objek yang sama
yaitu perilaku manusia;
2.
Etika dan
etiket mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya memberi norma
bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
Perbedaan Etika dan Etiket
Setelah kita
ketahui persamaan etika dan etiket, maka dapat kita bedakan etika dan
etiket sebagai berikut:
1.
Etiket
menyangkut cara suatu melakukan perbuatan harus dilakukan manusia.
Diantara beberapa cara yang mungkin, etiket menunjukkancara yang tepat, artinya
cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu.
2.
Etika tidak
terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan. Etika menyangkut pilihan yaitu apakah
perbuatan boleh dilakukan atau tidak.
3.
Etiket hanya
berlaku dalam pergaulan pada suatu kelompok tertentu. Bila tidak ada
saksi mata , maka etiket tidak berlaku.
4.
Etika selalu
berhku dimana saja dan kapan saja, meskipun tidak ada saksi mata,
tidak tergantung pada ada dan tidaknya seseorang.
5.
Etiket bersifat
relatif artinya yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan,
bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.
6.
Etika bersifat
absolut. Prinsip-prinsipnya tidak dapat ditawar lagi, dan harus
dilakukan.
7.
Etiket hanya
memandang manusia dari segi lahiriah saja.
8. Etika menyangkut manusia dari segi
rohaniahnya. Orang yang bersikap etis adalah rang yang sungguh-sungguh
baik, dimana nilai moralnya sudah
terinternalisasi dalam hati nuraninya.
Hubungan Etika dengan Hukum
Hukum adalah
refleksi minimum norma sosial dan standar dari sifat bisnis. Secara
umum, kebanyakan orang percaya bahwa sifat mematuhi hukum adalah
juga sifat yang beretika. Tapi banyak standar sifat di dalam sosial yang tidak
tertuliskan dalam hukum. Contohnya saja dalam konflik kepentingan mungkin tidak ilegal,
tapi secara umum dapat menjadi tidak beretika
dalam kehidupan sosial.
Perbedaan Etika dan Hukum
Perbedaan etika dengan hukum dapat
diuraikan sebagai berikut:
(1) Hukum pada dasarnya tidak hanya
mencakup ketentuan yang dirumuskan secara tertulis, tapi juga nilai-nilai konvensi yang
telah menjadi norma di masyarakat.
(2) Etika mencakup lebih banyak ketentuan-ketentuan yang tidak
tertulis.
(3) Pada umumnya kebanyakan orang percaya
bahwa dengan perilaku yang patuh
terhadap hukum adalah juga merupakan perilaku yang etis.
(4) Banyak sekali standar perilaku yang
sudah disepakati oleh masyarakat yang tidak tercakup dalam hukum,
sehingga terdapat bagian etika yang tercakup dalam hukum, namun sebagian juga
belum tercakup di dalam hukum, seperti contoh kasus di
dalam masyarakat yang dianggap melanggar etika tetapi dalam hukum itu
tidak melanggar, sepanjang tidak ada aturan yang tertulis bahwa tindakan tersebut
adalah melanggar hukum.
(5) Norma hukum cepat ketinggalan zaman,
hingga bisa menyebabkan celah hukum.
Perbedaan
Moral dan Hukum
Sebenarnya antara keduanya terdapat
hubungan yang cukup erat. Moralitas adalah
keyakinan dan sikap batin, bukan hanya sekedar penyesuaian atau asal taat terhadap aturan. Karena antara satu
dengan yang lain saling mempe-ngaruhi dan saling membutuhkan. Kualitas
penegakan hukum sebagian besar ditentukan oleh mutu moralitasnya. Karena
itu hukum harus dinilai/diukur dengan norma
moral. Undang-undang moral tidak dapat diganti apabila dalam suatu masyarakat kesadaran moralnya
mencapai tahap cukup matang. Sebaliknya
moral pun membutuhkan hukum, moral akan mengambang saja apabila tidak dikukuhkan, diungkapkan dan
dilembagakan dalam masyarakat.
Dengan demikian hukum dapat meningkatkan dampak sosial moralitas. Walaupun begitu tetap saja antara Moral dan Hukum
harus dibedakan. Perbedaan tersebut
antara lain:
(1)
Hukum bersifat
obyektif karena hukum dituliskan dan disusun dalam kitab
undang-undang. Maka hukum lebih memiliki kepastian yang lebih besar.
(2)
Moral bersifat
subyektif dan akibatnya seringkali diganggu oleh pertanyaan atau
diskusi yang mengigingkan kejelasan tentang etis dan tidaknya.
(3)
Hukum hanya
membatasi ruang lingkupnya pada tingkah laku lahiriah faktual.
(4)
Moralitas
menyangkut perilaku batin seseorang.
(5)
Pelanggaran
terhadap hukum mengakibatkan si pelaku dikenakan sanksi yang jelas dan tegas.
(6)
Pelanggaran
moral biasanya mengakibatkan hati nuraninya akan merasa tidak tenang.
(7) Sanksi hukum pada dasarnya
didasarkan pada kehendak masyarakat.
(8) Sedangkan
moralitas tidak akan dapat diubah oleh masyarakat.
Etika dan Agama
Etika mendukung
keberadaan Agama, dimana etika sanggup membantu manusia dalam menggunakan akal pikiran
untuk memecahkan masalah. Pada dasarnya agama memberikan ajaran moral untuk menjadi
pegangan bagi perilaku para penganutnya. Menurut Kanter (2001) tidak mungkin orang dapat
sungguh-sungguh hidup bermoral tanpa agama, karena (1) moralitas pada
hakikatnya bersangkut paut dengan bagaimana manusia menjadi baik, jalan terbaiknya adalah kita
mengikuti perintah dan kehendak Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan keyakinan
kita (2) agama merupakan salah satu pranata
kehidupan manusia yang paling lama bertahan sejak dulu kala, sehingga moralitas dalam masyarakat erat terjalin
dengan kehidupan ber-agama (3) agama
menjadi penjamin yang kuat bagi hidup bermoral. Perbedaan antara etika dan ajaran moral agama yakni etika mendasarkan
diri pada argumentasi rasional. Sedangkan Agama menuntut seseorang untuk
mendasarkan diri pada wahyu Tuhan dan ajaran agama.
1.3.5 Etika dan Moral
Etika Iebih condong
ke arah ilmu tentang baik atau buruk. Selain itu etika lebih sering
dikenal sebagai kode etik. Moral berasal dari kata bahasa latin mores yang
berarti adat kebiasaan. Kata mores ini mempunyai sinonim; mos, moris, manner
mores atau manners, morals (BP-7, 1993: Poespoprodjo, 1986). Dalam
bahasa Indonesia kata moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib
batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin
dalam hidup. Moralitas adalah sifat moral
atau keseluruhan asas dan atau nilai yang berkenaan dengan baik buruk, atau dengan kata lain moralitas merupakan
pedoman/standar yang dimiliki oleh
individu atau kelompok mengenai benar atau salah dan baik atau buruk. Velasques (2005) menyebutkan lima
ciri yang berguna untuk menentukan hakikat standar moral, yaitu:
(1) Standar moral berkaitan dengan
persoalan yang kita anggap akan merugikan secara serius atau benar-benar akan
menguntungkan manusia.
(2)
Standar moral
moral ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan otoritatif
tertentu, standar moral tidak dibuat oleh kekuasaan, validitas standar moral
terletak pada kecukupan nalar yang digunakan untuk mendukung atau
membenarkannya, jadi sejauh nalarnya mencukupi maka standarnya tetap sah.
(3)
Standar moral harus lebih diutamakan
daripada nilai yang lain, khusus-nya
kepentingan pribadi.
(4)
Standar moral berdasarkan pada
pertimbangan yang tidak memihak.
(5)
Standar moral
diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu,
seperti jika kita bertindak bertentangan dengan standar moral, normalnya kita
akan merasa bersalah, malu atau menyesal.
Menurut Martin
[1993], etika didefinisikan sebagai "the discipline which can act
as the performance index or reference for our control system". Dengan
demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan
mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam
pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian
dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada; dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa
difungsikan sebagai alat untuk
menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang
dari kode etik. Dengan demikian etika
adalah refleksi dari apa yang disebut dengan "self control", karena
segala sesuatunya dibuat dan
diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok
sosial (profesi) itu sendiri. Jadi etika lebih berkaitan dengan kepatuhan,
sementara moral lebih berkaitan dengan tindak kejahatan.
1.4 Pengertian Bisnis
Bisnis adalah
kegiatan manusia dalam mengorganisasikan sumberdaya untuk menghasilkan
dan mcndistribusikan barang dan jasa guna memenuhi kebu-tuhan dan
keinginan masyarakat. Bisnis adalah membuktikan apa yang dijanjikan (promise)
dengan yang diberikan (deliver). Bisnis adalah kegiatan diantara
manusia untuk mendatangkan keuntungan. Dalam bisnis terdapat persaingan dengan aturan yang
berbeda dengan norma-norma yang berada dalam masyarakat. Pengertian bisnis
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:
a. Kegiatan dengan
mengarahkan tenaga, pikiran,
atau badan untuk
mencapai sesuatu maksud.
mencapai sesuatu maksud.
b.
Kegiatan di bidang perdagangan/perbisnisan.
Bisnis dapat pula diartikan
berdasarkan konteks organisasi atau perusahaan,
yaitu: usaha yang dilakukan organisasi atau perusahaan dengan menyediakan
produk barang atau jasa dengan tujuan memperoieh nilai lebih (value
added). Karena organisasi (perusahaan) yang menyediakan produk barang atau jasa tentu dengan tujuan memperoleh
laba, tentu saja prospek mendapatkan laba, selalu memperhitungkan
perbedaan penerimaan bisnis dengan biaya
yang dikeluarkan. Maka laba di sini merupakan pemicu (driver) bagi pebisnis untuk memulai dan mengembangkan bisnis. Bagai-manapun
juga pebisnis mendapatkan laba dari risiko yang diambil ketika mengivestasikan
sumber daya (modal, keahlian/skill, dan waktu) mereka.
Dalam sistem
kapitalis bisnis dijalankan untuk mendapatkan laba bagi pemilik
yang juga bebas untuk menjalankannya. Namun konsumen juga memiliki
kebebasan untuk memilih. Dalam memilih cara mengejar laba, bisnis harus memperhitungkan apa
yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen. Terlepas dari seberapa efisien bisnis
itu dijalankan.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa etika adalah merupakan suatu cabang ilmu filsafat,
tujuannya adalah mempelajari perilaku, baik moral maupun immoral,
dengan tujuan membuat pertimbangan yang cukup beralasan dan akhirnya sampai
pada rekomendasi yang memadai yang tentunya dapat diterima oleh suatu golongan
tertentu atau individu. Dalam media internet wajib menggunakan dan mnegerti
kode etik yang berlaku di dalam dunia internet.
SARAN
Bagi para pengguna setia twitter harus mematuhi aturan
yang ada dan selalu mempunyai etika ketika ber internet.karena kode etik harus
tetap di kedepankan jangan sampai dilupakan atau dihilangkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://organisasi.org/pengertian-macam-jenis-norma-agama-kesusilaan-kesopanan-kebiasaan-hukum
http://susianty.wordpress.com/2010/11/21/teori-teori-etika/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar